Finally done

Kemarin, acara yang saya adakan sampai ga bisa tidur-gelisah-gundah-gulanah sehari sebelumnya akhirnya berakhir dengan oke. Jumlah pesertanya sih cuma 13 orang dan 8 orang diantaranya adalah panitia termasuk saya, jadi intinya cuma 5 orang pesertanya. Gapapa sih, untungnya pembicaranya juga ga nyadar. Satu hal yang saya rasain banget dari acara kecil-kecilan ini adalah janji Tuhan itu memang benar.

"Sesungguhnya dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan."

Dimulai dari pagi hari yang saya tunggu panitianya dari jam setengah 8 karena saya minta pada ngumpul jam setengah 8 dan pas saya sampai belum ada yang datang. Mendadak bapak-bapak penjaga ruangan dateng ngebuka pintu, nyiapin sound, LCD, dll dan untungnya berjalan normal. Saya menaruh tas disalah satu bangku bagian belakang ruangan kuliah, duduk, dan menerawang. Mampus, ini kelas gede banget, kalau yang datang sedikit pasti ga enak banget ngeliatnya. Sebenarnya itu adalah ruangan kelas yang terdiri dari dua kelas yang sekat pembatas antar kelasnya bisa dibuka dan memang selama ini dibuka karena mahasiswanya banyak. Somehow saya terpikir buat menutup sekatnya dengan harapan ruangan kelas dibalik sekat bisa jadi basecamp panitia. Untungnya 3 orang teman saya datang disaat yang tepat dan, voila dengan susah payah akhirnya sekat itu bisa tertutup lagi dengan susah payah. Tidak lama kemudian datang lagi 2 orang panitia dan 3 orang peserta yang paling tidak sedikit menghibur saya. Pembicaranya datang dengan cukup on time tapi acara saya mundurkan setengah jam sambil berharap ada lagi yang datang. Selama nunggu, saya ngobrol dengan pembicara dan rupanya dia pernah mengadakan kegiatan yang serupa dan dia bisa konsisten mengadakan acaranya sampai 12 kali pertemuan walaupun pada beberapa pertemuan yang datang hanya 2-3 orang saja. Damn, keren dan gigih banget ngadain walaupun sedikit banget pesertanya. Akhirnya datang lagi 3 orang panitia dan 2 peserta pas acara dibuka.

Untungnya saya mengundang pembicara yang tepat. Orangnya asik, gaul, dan bisa mencairkan suasana. Ketika saya ikut juga jadi peserta (menuh-menuhin ruangan) saya jadi berpikir, ini acara pasti ga akan enak kalau pesertanya banyak dan sesuai target yakni 30 orang. Terkadang kuantitas memang bukan segalanya. Akhirnya acaranya selesai dan entah kenapa terasa lega dan untuk pertemuan berikutnya minggu depan jadi tidak terasa beban walaupun saya dan teman-teman harus mutar otak lebih buat mencari pembicara pengganti yang oke (karena pembicara yang seharusnya mendadak ga bisa), dan mencari dana karena yang bayar pendaftaran baru sedikit (para calon peserta memang PHP sekali). Intinya saya senang karena respon para peserta dan panitia khususnya bapak Jenderal baik sekali terhadap acara, dan emang keren dah kakak pembicara yang satu itu yang telah menyelamatkan acara saya. I owe him one.

Mudah-mudahan acara minggu depan berjalan lancar. Amin. 

Jenderal

Jam 2.30. Oke, 6 jam lagi menuju acara yang akan saya adakan. Bukan acara besar sih, tapi entah kenapa jadi terasa ribet hanya sekedar mengadakannya saja padahal maksudnya baik. Kalau boleh jujur ini pertama kalinya saya menjadi ketua pelaksana di sebuah acara, dan jujur saya bukan tipe orang yang suka jadi pemimpin khususnya pimpinan yang benar-benar terlihat. Saya lebih suka menjadi anggota saja, sistem take and give (ada order ada barang), dan mengendalikan secara tidak langsung dengan memberikan opini-opini atau masukan kepada sang pemimpin. Kata salah satu teman saya sih, saya cocok menjadi konspirator hahaha.

Kemarin-kemarin saya sempat melakukan test kepribadian di http://www.16personalities.com, dan hasilnya menunjukkan kalau saya termasuk ke dalam tipe INTJ. Saya ga terlalu ngerti (lebih tepatnya males baca penjelasannya), tapi yang paling saya highlight adalah

1. The INTJ personality type is one of the rarest and most interesting types
2.  INTJ personalities are perfectionists
3. The INTJ personality is the ultimate “Man behind the curtain”.
4. INTJs find it very difficult to handle romantic relationships
5. Hannibal and Clarice Starling from “Silence of the Lambs” is one example of INTJ personalities

Intinya, saya tergolong kedalam makhluk langka yang perfeksionis, suka ngumpet dibalik layar, rada bermasalah sama "relationship" gara-gara saya suka ngumpet dibalik layar, dan kepribadian saya satu golongan sama Hannibal Lecter which means saya berpotensi jadi psikopat kanibal. Orang bilang, semakin malam, biasanya omongan akan semakin ngaco dan aneh, dan mungkin itu benar.

Mungkin kepribadian saya yang aneh menjadi salah satu masalah buat jenderal saya di organisasi. Jenderal saya memiliki kebiasaan yang kalau menurut saya sama dengan salah satu pemimpin di negara saya. Suka curhat kalau galau. Bedanya mungkin kalau salah satu pimpinan negara saya kalau galau bikin lagu, sedangkan jenderal di organisasi saya kalau galau dia curhat merasa lelah dan merasa ga sanggup nerusin lagi. Kalau ibarat di game, skill yang jenderal saya tidak miliki adalah skill untuk menaikkan moral dia sendiri dan pasukan. Kalau jenderalnya aja galau, apalagi pasukannya. Untungnya di divisi saya ada yang menurut saya penggalauan juga (kok divisi gue galau semua ya?) tapi seenggaknya dia bisa ngilangin galau anggota yang lain, khususnya buat gue karena dia enak buat di bully hahaha. 

Malam ini jenderal saya tanpa ada angin, hujan, atau badai mendadak mengirim pesan tengah malam yang lagi-lagi menyatakan kalau dia sudah tidak sanggup mengatur anggota-anggotanya. Mungkin saya rasa dia termasuk golongan perfeksionis yang berharap kalau anggotanya akan melakukan semua yang dia pengen dengan cepat segera dan hasil yang dicapai akan selalu sesuai keinginan. Like a robot maybe? Kalau itu benar adanya, yang saya sarankan adalah segera meredam sifat perfeksionis itu karena itu bakal nyiksa diri sendiri, jujur, based on my experience as perfectionist. Mungkin hari ini saya bakalan tanya ke jenderal dan semua pasukan setelah acara yang saya adakan selesai, karena entah kenapa saya jadi gatel pengen tahu jenderal saya tuh pengennya gimana sih? Tenang saja jenderal, anda memiliki anak buah yang baik, yang mereka butuhkan adalah semangat bukan penggalauan. Mengutip pernyataan salah seorang stand-up comedian :

"Kalau seorang presiden lebih banyak menjajakan prihatin daripada optimis, ya prihatin negaranya."

Semangat jenderal, pasukanmu tetap setia dibelakangmu

Intro

Kandang kosong

Entah kenapa dari beberapa bulan yang lalu kata itu terus ada di kepala tidak tahu asal-usulnya. Bahkan kata tersebut jadi judul buat tugas salah satu mata kuliah yang berhubungan dengan komputer. Entahlah, mungkin juga terpengaruh dari program studi yang jujur aja saya terdampar di sana. Saya sebenarnya bukan tipikal orang yang suka menulis karena kata-kata yang ada diotak terlalu banyak dan tangan tidak bisa mengikuti dan berakhir bingung mau menulis apa. Saya cenderung menumpahkan pemikiran di otak dengan gambar atau lewat dialog, tapi karena membuat suatu gambar itu memakan waktu yang lama (it's curse from my perfectionist habit) dan mencari teman ngobrol yang sinkron di kampus saya itu sangat sulit (apa mungkin saya yang terlalu aneh), maka salah satu teman saya menyarankan untuk mencoba menulis. Intinya sih mencari pelarian dari kegilaan yang bisa bikin makin gila dan disalurkan dengan cara yang tidak gila Sama halnya dengan bapak Habibie yang menuangkan berbagai macam pikiran saat ditinggal Ibu Ainun menjadi suatu buku sebelum menumpuk dan divonis menjadi gila. 

Saya mencari oase, sebuah kandang dimana saya bisa diam, bebas dan mengistirahatkan pikiran selama sejenak sebelum menjadi gila.
 
 
Copyright © You Are Free
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com